Selasa, 20 Juli 2010

PELAPISAN CHITOSAN MEMPENGARUHI SIFAT FISIKO KIMIA

PELAPISAN CHITOSAN MEMPENGARUHI SIFAT FISIKO KIMIA
BUAH APEL (Malus sylvestris L.)

Nurrachman
PS. Hortikultura, Faperta UNRAM


ABSTRACT

The experiment, conducted in Laboratory, evaluated physico-chemistry characteristics of three cultivar apple (Manalagi, Rome Beauty, and Anna) as affected by level of chitosan coating (control, 0.5%; 1% and 1.5% weight/volume), each treatment was replicated three times and arranged in completely randomised design. The research was conducted in laboratory. The result showed that chitosan coating 1,5% had better performance than others treatments to slow down of weight loss, firmness, total soluble solids, titratable acidity, and it could also prolong storage life of fruits. The differences occurred among cultivars as reflected by variables observed.
Key words : Physico-chemistry, Apple, postharvest, coating, chitosan, storge-life


PENDAHULUAN

Buah apel (Malus sylvestris L.) dikonsumsi dalam bentuk segar dan hanya sedikit dikonsumsi dalam bentuk olahan misalnya juice (Verheij dan Coronel 1992). Meskipun buah ini tersedia sepanjang waktu, tetapi sering terjadi kerusakan pada penanganan pascapanen selama proses pengangkutan dan penyimpanannya. Menurut Kays (1991), kehilangan hasil pasca panen apel di negara maju sebesar 14%, dan persentase kehilangan terbesar terjadi di tingkat pengecer.
Tingkat kerusakan buah dipengaruhi oleh difusi gas ke dalam dan luar buah yang terjadi melalui lentisel yang tersebar di permukaaan buah (Baldwin 1994; Hoffman et al. 1997). Difusi gas tersebut secara alami dihambat dengan lapisan lilin yang terdapat di permukaan buah (Kays 1991; Debeaufort dan Voilley 1994;Baldwin et al. 1999), tetapi lapisan lilin tersebut dapat berkurang atau hilang akibat pencucian yang dilakukan pada saat penanganan pasca panen. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk menambah atau menggantikan pelapis yang telah berkurang dengan menambah bahan pelapis.
Salah satu pelapis yang mulai dikembangkan adalah chitosan, polisakarida yang berasal dari limbah pengolahan udang (Crustaceae). Limbah padat pengolahan yang terdiri atas kulit, kaki dan kepala, dapat mencapai hingga 40% dari total produksi udang dan hanya sedikit yang dimanfaatkan, misalnya menjadi bahan campuran pembuatan terasi atau campuran makanan ternak. Pengolahan limbah menjadi chitosan dapat meningkatkan nilai ekonomi dan pemanfaatannya, misalnya dalam bidang industri, makanan dan sekarang dikembangkan dalam bidang pertanian. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa chitosan mempunyai potensi yang cukup baik sebagai pelapis pada benih dan buah-buahan misalnya pada tomat (El-Ghaouth et al. 1992a) dan leci (Zhang dan Quantrick 1997). Sifat lain chitosan adalah dapat menginduksi enzim chitinase pada jaringan tanaman yaitu enzim yang dapat mendegradasi chitin yang merupakan penyusun dinding sel fungi (Baldwin 1994; Nisperos-Carriedo 1994; El-Ghaouth et al. 1992b).


METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan dan Bangunan Fakultas Teknologi Pertanian, Laboratorium Gizi Masyarakat Pusat Antar Universitas, dan Laboratorium Pusat Studi Pemuliaan Tanaman Departemen Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor yaitu varietas apel : Rome Beauty, Anna dan Manalagi; dan pelapis chitosan, kontrol, 0,5%; 1% dan 1,5% bobot/volume (b/v); setiap perlakuan diulang tiga kali. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (anova), jika terdapat hasil yang berbeda nyata dilakukan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5% dengan menggunakan program SAS.
Buah apel diambil dari perkebunan milik petani di Desa Punten Kota Batu, Jawa Timur. Contoh buah yang akan digunakan adalah yang berumur 120-140 hari setelah bunga mekar (Suhardjo 1985). Selanjutnya buah apel dibawa ke Bogor dengan mempergunakan bus yang berpendingin. Pembuatan Chitosan berdasarkan (Suptijah et al. (1992) dan Rilda (1995) yang telah dimodifikasi; Pembuatan Larutan Chitosan (El-Ghaouth et al. 1992a) : Pelapisan Buah Apel cara pencelupan (dipping) selama 30 detik; Penyimpanan dilakukan di ruangan (282°C) dan wadah tersebut diletakkan secara acak.
Pengamatan
Parameter yang diamati adalah, kelunakan buah, susut bobot, padatan terlarut total, asam total dan uji organoleptik; dan diamati mulai hari ke 0, 3, 6, 9, 12, 15 Hari Setelah Perlakuan (HSP). Kelunakan Kelunakan buah diukur dengan menggunakan penetrometer elektrik Stanhope Seta Bobot beban yang digunakan adalah 102 gram dan waktu pengukuran 5 detik. Susut Bobot dengan menimbang buah apel yang sama pada setiap hari pengamatan; Padatan Terlarut Total (Apriyantono et al. 1989); Asam Total (AOAC, 2000 ); uji Organoleptik (Suhardjo, 1992).

Gue cut ya sampe disini.... sorry klo nanggung he..he..he... soalnye bukan punya gue. Klo mo baca lengkapnya browsing aja ya.....ntar klo sempet gue tambahin beberapa link deh mengenai chitosan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar